Sabtu, 13 November 2010

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN SINUSITIS

A. Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold ) yang merupakan infeksi virus yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis dan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis1.
Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sfenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus dan disebut sinusitis dentogen1.

Schematic drawing showing location of the frontal, ethmoid, and maxillary sinuses.
Diagram of the lateral nasal wall and turbinates in relation to the frontal and sphenoid sinuses and Eustachian tube orifice.



B. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi, seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan KOM, infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom Kartagener dan di luar negeri adalah fibrosis kistik. Pada anak hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral1,2.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin, dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama – lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.

C. PATOFISIOLOGI
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium – ostium sinus dan lancarnya klirens mukosilier di dalam KOM. Mukus mengandung substansi anti microbial dan zat zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ – organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula – mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan2.

Coronal section through the midface illustrating patterns of mucociliary clearance through the ostiomeatal complex (OMC) for the maxillary and frontal sinuses (arrows). The patency of the OMC is critical for normal sinus ventilation and drainage. Areas of narrowing within the OMC where obstruction can occur are highlighted (circles).

Bila kondisi menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan antibiotika.
Jika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri an aerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid, atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

D. KLASIFIKASI dan MIKROBIOLOGI
Konsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik lebih dari 8 minggu. Konsensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, sub akut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya faktor predisposisi harus dicari dan diobati secara tuntas. Pada sinusitis kronik, faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri gram negatif dan anaerob.


E. SINUSITIS DENTOGEN
Merupakan salah satu penyebab sinusitis kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang2 tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus / melalui pembuluh darah dan limfe. Harus curiga ada sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang mengenai satu sisi dengan ingus purulen dan nafas bau busuk. Untuk mengobati : Gigi harus dicabut atau dirawat dan pemberian antibiotika yang mencakup bakteri an aerob. Seringkali juga perlu dilakukan irigasi sinus maksila.
F. GEJALA SINUSITIS
Keluhan utama rinosinusitis : hidung tersumbat , nyeri / rasa tekanan pada muka , Ingus purulen sering turun ke tenggorok ( PND ), Gejala sistemik : demam, lesu , Pada keluhan nyeri / rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut , Reffered Pain, Nyeri pipi tanda sinusitis maksila dan ada nyeri alih ke gigi dan telinga. Nyeri di antara dua bola mata tanda sinusitis etmoid, Nyeri di dahi tanda sinusitis frontal, Nyeri di verteks, oksipital, belakang bola mata, dan daerah mastoid tanda sinusitis sfenoid , Gejala lain : sakit kepala, hipoosmia / anosmia, halitosis, PND menyebabkan batuk dan sesak nafas pada anak.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis , pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Pada rinosinusitis akut, mukosa edem dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah foto polos atau CT Scan. Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius / superior untuk mendapat antibiotika yang tepat guna. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, denganalat endoskopi bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenaranya, selanjutnya dapat dilakukan dengan irigasi sinus untuk terapi.
CT scan showing opacification and mucosal thickening of the left maxillary and ethmoid sinuses.

H. TERAPI
Tujuan terapi sinusitis : mempercepat penyembuhan , mencegah komplikasi , mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip : Membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus pulih secara alami. Antibiotik dan dekongestan , antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin, jika sudah resisten dapat dipilih amoksisilin – klavulanat atau jenis sefalosporin generasi 2, diberikan 10 – 14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang , analgetika mukolitik , steroid oral / topikal ,pencucian rongga hidung dgn NaCl / diatermi , antihistamin,irigasi sinus maksila, imunoterapi, tindakan operatif.
I. KOMPLIKASI
§ Kelainan orbita misal edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya trombosis di sinus kavernosus
§ Kelainan intrakranial misal meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus
§ Osteomielitis dan Abses subperiostal
§ Kelainan paru

BAB III
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai bagaimana terjadinya sinusitis pada seseorang yang mengkonsumsi rokok. Pada perokok, sinusitis terjadi oleh karena kerusakan mukosilier pada mukosa sinus paranasal, akibat dari hawa panas rokok saat terjadi penghisapan kedalam hidung. Setelah terjadi kerusakan oleh karena hawa panas dari rokok yang mengenai silia-silia pada mukosa paranasal, maka fungsi dari silia-silia tersebut menjadi hilang, seharusnya silia-silia tersebut menjadi alat transport untuk mengeluarkan cairan mucus pada sinus-sinus menuju ke kompleks osteomeatal dan lalu dikeluarkan melalui lubang hidung1,2,3.
BAB IV
RESUME

1. Merokok terbukti menjadi salah satu penyebab terjadinya sinusitis.
2. Penyebab utama dari terjadinya sinusitis adalah peradangan pada mukosa paranasal karena kerusakan mukosilier akibat terpapar hawa panas dari rokok.
3. Kerusakan pada silia-silia menyebabkan aliran mucus terggangu sehingga cairan tersebut tidak dapat dikeluarkan dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan kuman.

DAFTAR PUSTAKA


1. Brown, Seth M. 2006. Sinusitis, chronic, Medical Treatment. University of Connecticut School Of Medicine. USA
2. Soepardi, Efiaty Arsyad. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. FKUI. Ed 6
3. www.tempointeraktif.com
4. www.nejm.com
5. www.otolaryngology.com

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template