Sabtu, 16 Juli 2011

General Anestesi TIVA

Teknik Anastesi
Anestesi yang digunakan adalah GA dengan teknik TIVA. GA tidak selalu menjadi pilihan terbaik dalam tindakan operatif yg dilakukan, dengan memikirkan pertimbangan mengenai tekhnik dan prosedur operasi yg dilakukan serta kondisi pasien, anestesi local atau regional dapat merupakan pilihan terbaik.
Keuntungan pada anestesi GA adalah :
1.      Mengurangi kejadian pasien mengingan kejadian di durante operasi
2.      Merelaksasi otot
3.      Airway, breathing, circulation dapat terkontrol dg baik
4.      Dapat diberikan cepat dan reversibel
Penilaian dan Persiapan Praanestesia
Anamnesis
            Riwayat apakah pasien pernah mendapat anesthesia sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah, sehingga dapat dirancang anesthesia berikutnya dengan lebih baik.
Kebugaran untuk anesthesia
Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada operasi sito penundaan tidak perlu harus dihindari.
Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesi diantaranya:
1.      Meredakan kecemasan dan ketakutan.
2.      Memperlancar induksi anestesi.
3.      Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
4.      Meminimalkan jumlah obat anestetik.
5.      Mengurangi mual muntah pasca bedah.
6.      Menciptakan amnesia.
7.      Mengurangi isi cairan lambung.
8.      Mengurangi refleks yang membahayakan.
Pada pasien ini diberikan pramedikasi dengan midazolam 2,5 mg dan cendantron 4mg.
Induksi Anestesia
            Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Induksi anestesia dapat dikerjakan dengan secara intravena, inhalasi, intramuskular, atau rectal. Setelah pasien tidur akibat induksi anestesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesia sampai tindakan pembedahan selesai.
            Induksi intravena paling sering dikerjakan dan digemari, apalagi bila sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan mudah. Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan 30-6- detik. Selama induksi anestesia, pernafasan pasien, nadi, dan tekanan darah harus diawasi. Pada pasien ini diberikan induksi intravena dengan ketamin 30mg

ketamin
Ketamin merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan phencyclidine. Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara Amerika selama perang Vietnam.
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin untuk induksi anastesia dapat menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anastesi dapat menimbulkan muntah-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.
Ketamin juga sering menyebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.
Mekanisme kerja
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa obat ini bekerja dengan blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
Efek farmakologis
Efek pada susunan saraf pusat. Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata. Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.
Efek pada sistem kardiovaskular. Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Efek pada sistem respirasi. Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi, dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien ashma.
Dosis dan pemberian
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara IV atau IM dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara IV atau 5 – 10 mg/KgBB IM , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 – 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Farmakokinetik
Absorbsi. Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau intramuskular.
Distribusi. Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ. Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara IV dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara IM maka efek baru akan muncul setelah 15 menit.
Metabolisme. Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa metabolit yang masih aktif.
Ekskresi. Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui ginjal.

Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa takikardi, agitasi dan perasaan lelah, halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Selain itu juga bagi pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, diabetes militus , dan penyakit jantung koroner.
Rumatan Anestesia
Rumatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan dengan cara intravena (anestesia intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi. Rumatan anestesia biasanya mengacu pada trias anestesia yaitu tidur ringan (hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, dan diusahakan agar pasien selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.


DAFTAR PUSTAKA


American academy of otolaryngology head and neck dissection. “Lesspain and quicker recovery with coblation assisted tonsillectomy”, diakses dari http://www.medicalnewstoday.com/medicalnews.php?newsid=13677 pada tanggal 21 Januari 2010.
Consumer Medicine Information, 2003, “Atropine Sulfat Injection”, diakses dari www.betterhealth.vic.gov.au.pdf pada tanggal 20 Januari 2010.
Gunawan, Sulistya, dkk, 2007, “Farmakologi dan Terapi”, edisi 5, Jakarta: FK UI.
Lafferty, Keith, 2009, “Tracheal Intubation, Medication”, diakses dari www.emedicine.medscape.com pada tanggal 08 Januari 2010.
Latief, A. Said, 2002, Petunjuk Praktis Anestesiologi”, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intesif, Jakarta: FK UI.
Wanri, Arwansyah, 2007, “TONSILEKTOMI”, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, diakses dari www.akademik.unsri/tonsilektomi pada tanggal 21 Januari 2010.

1 komentar:

ahmad mengatakan...

Ketamin itu larut air atau larut lemak? Diatas ada 2 statement yg kontradiktif. Mohon penjelasan

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template