Sabtu, 16 Juli 2011

Scabies

BAB I
PENDAHULUAN

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil, berbentuk bundar dan mempunyai empat pasang kaki dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit ini disebut juga The itch, Seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan, kudis, penyakit ampera. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia dari hewan ke manusia dan sebaliknya                ( Maskur, 2000).
Penyakit ini terjadi hampir disemua negara dengan prevalensi 6 sampai 27%. Banyak dijumpai pada anak-anak, dewasa muda, tetapi dapat menegenai semua umur.Usia tertinggi 5-14 tahun. Indonesia merupakan negara yang masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di jawa barat. Amiruddin dalam penelitian scabies skabies di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya, menemukan insidensi penderita scabies selama 1983-1984 adalah 2,7%. Abu dalam penelitian di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidensi scabies 0,67% (1987-1988) (Maskur, 2000).
Pada Scabies gejala yang khas adalah gatal pada malam hari dan saat berkeringat dengan predileksi terdapat pada kulit yang tipis dengan kelembaban tinggi serta hangat seperti, umbilikus, pergelangan tangan volar, sela genital, sela-sela jari tangan, sela ketiak, sela bokong, sela paha, sela siku fleksor, sela lipat telapak tangan, sela lipatan nadi, lipat mame, telapak kaki.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan insidensi meningkat antara lain, higiene yang jelek, kepadatan, kemiskinan, mobilitas, depresi, promiskuitas seksual dan ras. Penularan terjadi dengan dua cara yaitu, kontak langsung dan kontak tidak langsung, sering semua anggota keluarga terkena, sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies (Anonim 1, 2008).
Invermectin merupakan obat antiparasit spektrum luas. Selama ini digunakan sebagai obat untuk penderita dengan infeksi cacing benang (onchocerciasis). Obat ini berdaya mengurangi mikrofilaria dikulit dan mata dengan efektif. Invermectin  juga sangat efektif terhadap Ascaris dan strongyloides, tetapi lebih ringan daya kerjanya terhadap Oxyuris dan trichiuris, tetapi belakangan ini ivermectin diketahui dapat digunakan untuk penderita dengan infeksi tungau ataupun kutu pada penyakit scabies (Goldsmith,1998).
Pengobatan scabies biasanya menggunakan pengobatan topikal, tetapi beberapa tahun belakangan ini telah dilakukan penelitian keberhasialan terapi ivermectin sebagai obat per oral pada pasien dengan scabies. Atas dasar inilah penulis mengambil topik tersebut sebagai judul referat.
  
BAB II
PEMBAHASAN

I.               SCABIES
a.             Definisi Scabies
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei  yang menembus stratum corneum, membentuk terowongan, biasanya disertai gatal yang hebat (Mulyono,1986).
b.             Epidemiologi
Penyakit ini terjadi pada hampir semua negara dengan prevalensi 6-27 %. Usia tertinggi 5-16 tahun. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan insidensi meningkat antara lain, higiene yang jelek, kepadatan, kemiskinan, mobilitas, depresi, promiskuitas seksual dan ras. Penularan terjadi dengan dua cara yaitu, kontak langsung dan kontak tidak langsung, sering semua anggota keluarga terkena, sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies (Mulyono, 1986). Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi scabies ( Handoko, 2005)
c.              Etiologi
Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super familia Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330 sampai 450 mikron x 250 sampai 350 mikron sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 sampai 240 mikron x 150 sampai 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan ke-4 berakhir dengan alat perekat (Handoko, 2005).
Gambar tungau Sarcoptes scabiei var.hominis
Sumber:  www.google.com
84TF2
d.             Patogenesis
·                Siklus hidup tungau ini sebagai berikut :
Scabies hanya terjadi apabila ada Sarcoptes scabiei jantan dan betina masuk ke dalam kulità kopulasi àSarcoptes jantan mati dan betina hidup terus s/d 1 blnà sarcoptes betina masuk kedalam kulit à membuat lorong di stratum corneum, kecepatan 2-3mm/hari. Didalam terowongan sarcoptes betina kemudian bertelur 2- 4 butir/hari  sampai mencapai 40-50 butir. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai tiga pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya dari jantan sampai dewasa membutuhkan waktu 8-14 hari. Sarcoptes dewasa akan keluar dari lorong- lorong mencari pasangan biasanya terjadi pada malam hari → Gatal pada malam hari ( Handoko, 2005)
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi  juga oleh penderita sendiri akibat garukan, dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder (Handoko, 2005).
e.              Predileksi
Terutama di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku, bagian lateral, aksila, umbilikus, genital eksternal (pria), bokong, aerola mame (wanita), abdomen bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki (Handoko, 2005).
f.              Manifestasi klinis
Menurut Mulyono (1986), sebagai berikut:
o      Gejala subyektif: Rasa gatal yang sanagt terutama pada malam hari atau jika berkeringat/panas gatal semakin bertambah
o      Gejala Obyektif: Biasanya berupa terowongan yang nampak sebagai garis-garis halus,hitam berkelok-kelok, panjang beberapa mm-1cm,dengan papul kecil pada ujung yang terbuka. Pada tempat predileksi juga nampak bekas garukan, papul, papulovesikula, urtikaria, krusta,bahkan kadang-kadang disertai dengan infeksi sekunder seperti ektima, impetigo selulitis dan sebagainya. Keadaan ini memberikan gambaran pleimorf .
Menurut Handoko (2005), ada 4 tanda kardinal scabies:
1.             Pruritus nokturnal artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau terjadi pada malam hari dan aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2.             Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga ada yang menderita scabies maka biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat  penduduknya sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Hal ini dikenal dengan keadaan yang hiposensitivitas yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tatapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3.             Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan ditemukan papul  atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf                             ( Pustul, ekskoriasi, dll).
4.             Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih  tungau
Diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal ini.
g.             Bentuk – bentuk Scabies menurut Maskur (2000), sebagai berikut:
1.             Scabies nodular
Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Terdapat nodul kecoklatan bersifat gatal, lesi terdapat di tempat tertutup seperti; genital pria, lipat paha dan aksila. Lesi ini menetap beberapa minggu-bulan-tahun walaupun sudah diobati.
2.             Scabies Norwegia (Crusted scabies)
Lesi ini berupa plakat hiperkeratotik tebal mirip psoriasis, memiliki skuama kasar, krusta, gatal tidak menonjol. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam lesi dengan jumlah mencapai 2jt/1penderita.  Paling sering ditemukan pada orang tua. Penyakit ini terdapat pada penderita dengan retardasi mental (Syndrome down), kelemahan fisik, gangguan imunologik dan psikosis.
3.             Scabies neonatorum ( Bayi dan anak-anak)
Distribusi lesi bentuk atipik.pada anak-anak lesi ditemukan pada kulit kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki. Pada bayi lesi ditemukan dimuka, bentuk lesi vesikel milier, bula, pustul, sering terjadi infeksi sekunder.
4.             Scabies Nosokomial
Timbul akibat tertular oleh pasien lain yang di rawat di RS


5.             Scabies Inkognito
Obat steroid dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies sementara infeksi tetap ada (bersembunyi). Penggunaan kortikosteroid jangka waktu lama menyebabkan lesi bertambah parah , hal ini berkaitan dengan penurunan respon imun seluler.
6.       Scabies Impetiginisata
Disebabkan oleh karena infeksi sekunder dengan ditandai adanya; pustul, erosi, ekskoriasi, krusta.
7.       Scabies pada orang bersih (Clean scabies)
h.      Diagnosis Banding Scabies menurut Siregar (2005), sebagai berikut:
·  Prurigo                : Biasanya berupa papul, gatal, predileksi bagian ekstensor ekstremitas.
·  Gigitan serangga:   Timbul setelah gigitan timbul urtikaria dan papul
·  Folikulitis           :   Nyeri, pustula miliar dikelilingi eritema
I.              Penegakan Diagnosis
          Menurut Makatutu (1990), terdapat dua cara untuk penegakan diagnosis scabies, yaitu:
1.             Diagnosis Sugestif
-                 Distribusi lesi yang khas
-                 Terowongan-terowongan pada predileksi
-                 Orang-orang sekitarnya menderita skabies
-                 Rasa gatal terutama dimalam hari dan pada saat berkeringat
-                 Penyakit ini sembuh dengan obat-obatan antiscabies
2.             Diagnosis Pasti
Dengan menemukan tungau dewasa, telur, larva atau skibalnya.dengan pemeriksaan:
Tungau dapat ditemukan dengan melakukan kerokan pada lesi aktif, menelusuri terowongan dengan jarum/ujung scapel atau mengiris puncak papul yang sebelumnya diteteskan minyak mineral, selanjutnya dapat diperiksa dengan mikroskop.
j.       Terapi
          Terapi Scabies menurut Siregar (2003), sebagai berikut:
Umum:
-          Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
-          Menghindari orang-orang yang terkena
-          Mencuci atau menjemur alat-alat tidur
-          Jangan memakai pakaian atau handuk bersama-sama
Terapi Scabies menurut Mulyono (1986), sebagai berikut:
Khusus:
-                 Krim / losio Gamma benzen heksakhlorida 1% (Gameksan)  → Obat dioleskan pada kulit mulai dari leher sampai jari kaki,pada malam hari.Setelah kira-kira 8 jam badan dibersihkan,ganti pakaian bersih.
-                 Krim/losio krotamiton 10%Dipakai pada waktu malam dan diulang malam berikutnya sampai total 48 jam sebelum dicuci.
-                 Salep sulfur presipitatum 5-10%Dianjurkan pemberiannya kepada wanita hamil,bayi,anak sebagai pengganti Gamma benzen heksakhlorida diberikan selama sedikitnya 3 - 4 hari berturut-turut.
-                 Emulsi Benzil benzoat 25% selama 24 jam
-                 Krim/suspensi Tiabendazol 5-10%
Sistemik:
1. Antihistamin ,sedative
2. Kortikosteroid (diberikan 1-2 minggu)sampai lesi mereda.
3. Antibiotik (infeksi sekunder)
-        Selain anggota keluarga, teman dekat, pasangan seksual perlu diperiksa terhadap  kemungkinan terkena skabies dan diberikan pengobatan bila perlu.
K.     Prognosis
          Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (higiene,dll), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis baik.

II.           IVERMECTIN
            Ivermectin merupakan obat pilihan pada pengobatan Oncoserciasis (cacing benang). Obat ini juga digunakan untuk pengobatan mass, dimana obat aman dan efektif dalam mengurangi jumlah mikrofilaria dan menunjukkan sebagai agen kontrol kemoterapi yang menjanjikan. Ivermectin juga bermanfaat pada pengobatan bentuk filariasis lain seperti Strongiloidiasis dan Cutaneus Larva Migrans, Ascaris, Oxyuris, Trichiuris serta tungau atau kutu.
a.             Kimiawi dan Farmakokinetik
Ivermectin merupakan obat antiparasit yang berspektrum luas. Obat ini memiliki rumus kimia 22,23-dihydroavermectinB1a+22,23-dihydroavermectin B1b (Anonim 2, 2009), yang merupakan suatu makrosiklik lakton semisintetik yang merupakan gabungan avermectin B1a dan B1b, obat ini di dapat dari aktinomisetes  tanah bacterium Streptomyces avermitilis (Goldsmith, 1998).
Ivermectin hanya diberikan peroral pada manusia. Obat ini secara cepat diabsorbsi, mencapai konsentrasi plasma maksimum (kira-kira 50µg/ml) dalam waktu 4 jam setelah pemberian obat ini dengan dosis 12 mg. Obat ini mempunyai distribusi ke jaringan luas dengan volume distrbusi kira-kira 50 L. Obat ini masuk ke mata secara perlahan dan dalam jumlah yang terbatas. Waktu paruhnya kira-kira 28 jam. Ekskresi hampir seluruhnya melalui tinja (Goldsmith, 1998).
b.        Kerja Antelmintik dan Efek farmakologi
            Bukti-bukti baru menunjukkan bahwa obat ini dapat digunakan sebagai terapi dari infeksi tungau seperti scabies, bukti-bukti ini baru terbatas pada kasus scabies yang resisten pada pengobatan topikal dan atau pada pasien dengan tingkat lanjut seperti, scabies Norwegian (Anonim 2, 2009).
Cara kerja obat ivermectin ini adalah mengakibatkan paralisis nematoda dan artropoda dengan meningkatkan transmisi sinyal yang diperantarai GABA pada syaraf perifer, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis. Obat berefek mikrofilaria di jaringan dan embriogenesis pada cacing betina. Mikrofilaria mengalami paralisis,sehingga mudah di hancurkan oleh sistem retikulo-endotelial, karena obat ini tidak melewati sawar darah otak, maka tidak menyebabkan paralisis pada hospes (Goldsmith,1998),  . Obat ini mengikat dan mengaktifkan glutamate-gated chloride channels (GluCls). GluCls merupakan anggota spesifik dari famili Cys-loop dari ligand-gated ion channels  milik invertebrata yang terdapat pada syaraf dan miosit (Anonim 2, 2009).
Obat ini diketahui tanpa efek farmakologi atau toksik pada manusia karena obat ini tidak dapat melewati sawar darah otak, sehingga diduga ivermectin memiliki batas keamanan yang luas (Goldsmith, 1998), namun pelintasan dapat mungkin terjadi bila ivermectin diberikan dalam dosis yang tinggi, contohnya pada beberapa kasus dapat mencapai level puncak di otak 2-5 jam setelah pemberian obat (Anonim 2, 2009).
Hal utama yang perlu diperhatikan adalah neurotoksisitas, dimana banyak spesies mamalia mengalami manifestasi seperti depresi sistem saraf pusat dan ataksia. Hal ini terjadi dari kemampuan obat untuk menginhibisi sinaps-sinaps GABA-ergic. Studi lapangan telah menunjukkan bahwa kotoran mamalia yang diterapi menggunakan ivermetin menunjukkan adanya penurunan jumlah dari invertebrata yang berlangsung lama (Anonim 2, 2009).
          Obat invermectin yang digunakan pada penderita scabies adalah diberikan secara oral  dengan dosis 200 mcg/KgBB, dosis tunggal. Pengobatan ini diulang setelah 2 minggu. Obat ivermectin ini terdapat di pasaran dengan nama dagang Stromectol®, Mectizan®, Ivexterm®, avermectin® (Anonim 2, 2009).
c.              Kontraindikasi Ivermectin
Ivermectin mempunyai efek meningkatkan GABA, sehingga penggunan obat ini bersamaan  obat lain yang mempunyai efek yang sama sebaiknya dihindari misalnya, Barbiturat, Benzodiazepin dan asam valproat. Invermectin tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Keamanan penggunaan pada anak usia 5 tahun belum diketahui. Larangan menyusui mungkin akan dikurangi setelah         1 minggu dari dosis akhir, bagi ibu yang menggunakan obat ini. Obat ini juga tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan sawar darah otak, misalnya meningitis  dan African sleeping sickness ( Goldsmith, 1998).
            
BAB III
PEMBAHASAN

Ivemectin oral adalah merupakan pengobatan yang efektif dengan biaya yang dapat dibandingkan dengan obat topikal pada terapi infeksi scabies. Ini secara nyata dapat bermanfaat pada terapi dan scabies Norwegian yang berat pada pasien dengan imunocompromised atau pengobatan topikal tidak berhasil. Ivermektin telah banyak digunakan secara luas dan aman untuk pengobatan infeksi parasit lainnya, tetapi FDA belum menerimanya sebagai obat untuk terapi scabies (Fawcett, 2003).
Pada tahun 1993, sebuah penelitian membandingkan pemakaian ivermektin oral dengan benzyl benzoate 10 % topikal, menemukan hasil absolute yang lebih baik pada penggunaan ivermektin, tapi perbedaan itu tidak signifikan dan statistik. Penelitian di Afrika dan India menyatakan bahwa dosis efektif dari ifermektin adalah 200 mcg per kg BB untuk terapi infeksi scabies (Meinking, dkk, 1995).
Penelitian kecil pada pasien sehat dan pasien dengan infeksi HIV menunjukkan bahwa ivermectin single dose (200 mcg/kgBB) berhasil menyembuhkan kebanyakan pasien yang diberikan selama 4 minggu, dari 11 pasien yang terdiri dari 9 laki-laki dan 2 perempuan didapatkan hasil 2 pasien dengan HIV membutuhkan dosis kedua untuk 2 minggu kedepan (Meinking, dkk, 1995).


Figure 1. The Hands of a Patient with AIDS before and after Treatment for Scabies
Sumber: The Treatment OF Scabies With Ivermectin:An overview. The New England Journal Of  Medicine,333(1):26-30. ( Meinking, dkk, 1985)

A.     B.
Keterangan: Gambar A: Tangan penderita skabies dan AIDS  sebelum diterapi ivermectin. Gambar B: Tangan penderita skabies dan AIDS  sebelum diterapi ivermectin setelah diterapi ivermectin scabies.

Penelitian acak dari 53 pasien yang membandingkan lindane topikal dengan ivermectin peroral menunjukkan bahwa 15 hari setelah terapi, 74% pasien yang mengkonsumsi ivermektin dan 59% pasien yang menggunakan lindane topikal sembuh, perbedaan ini tidak signifikan secara statistic. Empat minggu setelah terapi, satu pasien yang diterapi dengan ivermektin dan dua pasien yang diterapi dengan lindane terjadi infeksi lanjutan. Penelitian acak lainnya adalah 200 pasien yang menerima ivermectin oral atau lindane topikal, 83% pasien yang diterapi yang diterapi dengan ivermectin sembuh dalam 4 minggu dibandingkan dengan 44% pasien yang diterapi dengan lindane topikal. Tetapi follow-up lengkap hanya tersedia pada 75% pasien ( Fawcett, 1998).
Hanya ada satu penelitian yang tersedia yang membandingkan ivermectin oral dan permetrin topikal. Pasien secara acak diberi ivermektin single dose (200 mcg/kgBB) atau menggunakan permetrin topical 5%. Lebih sedikit pasien yang berespon terhadap ivermectin dalam satu dan dua minggu follow-up dibanding permetrin. Pada akhir minggu kedua, pasien yang tidak berespon terhadap kedua pengobatan (12 pasien pada grup ivermektin dan 1 pada grup permetrin), mengulang dosis pengobatan. Pada akhir minggu keempat dan kedelapan, seluruh pasien kecuali grup permetrin, perbedaan ini tidak signifikan secara statistic.
Figure 2. The Left Elbow of a Patient with AIDS before and after Treatment for Scabies. The patient had heavily crusted elbows before treatment (Panel A), but was cured of scabies six weeks after the initial visit (Panel B).She required three doses of oral ivermectin and topical treatment with 5 percent permethrin cream.

Sumber: The Treatment OF Scabies With Ivermectin:An overview. The New England Journal Of  Medicine,333(1):26-30. (Meinking, dkk, 1995)
A.    B. 
Keterangan: Gambar A: Penderita Scabies dan HIV sebelum diterapi dosis ivermectin oral dan Topikal menggunakan permethrin cream 5 %.Gambar B: Gambar sesudah diterapi ivermectin oral dan topikal menggunakan permetrin cream 5 %.

          Walaupun pengobatan standar dari scabies yaitu topikal efektif pada banyak pasien, namun pada keadaan tertentu seperti infeksi yang sulit disembuhkan atau ketika pemakaian terapi topikal sudah resisten, maka pada keadaan ini pengobatan oral dibutuhkan salah satunya pemberian ivermectin oral. Pada penderita imunocompromised dengan scabies Norwegia memiliki banyak parasit dan juga memiliki keuntungan dari ivermectin oral. Beberapa penulis merekomendasikan pemakaian bersama terapi topikal dan oral karena pengobatan sistemik kemungkinan tidak memiliki kemampuan penestrasi yang dalam pada area berkrusta ( Anonim 2, 2009)
BAB IV
KESIMPULAN

§    Ivermectin merupakan obat pilihan pada pengobatan Oncoserciasis (cacing benang), tetapi juga bermanfaat pada pengobatan bentuk filariasis lain seperti Strongiloidiasis dan Cutaneus Larva Migrans, Ascaris, Oxyuris, Trichiuris serta tungau atau kutu.
§    Cara kerja obat ivermectin ini adalah mengakibatkan paralisis nematoda dan artropoda dengan meningkatkan transmisi sinyal yang diperantarai GABA pada syaraf perifer, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis.
§    Ivermectin oral umumnya digunakan pada keadaan tertentu pada penderita dengan infeksi yang sulit disembuhkan atau ketika pemakaian agen terapi topikal sudah resisten (sudah kebal dengan pengobatan topikal).
§    Ivermectin digunakan pada scabies Norwegian yang memiliki banyak parasit. Pada penderita scabies dengan imunokompromais invermectin menunjukkan hasil yang kurang efektif butuh.
§    Ivermectin hanya diberikan peroral pada manusia. Obat invermectin yang digunakan pada penderita scabies adalah diberikan secara oral  dengan dosis 200 mcg/KgBB, dosis tunggal. Pengobatan ini diulang setelah 2 minggu.

4 komentar:

Farid Primadi mengatakan...

Saya tertarik dengan artikel ini.... terutama yang dikutip di bawah ini:

Obat ivermectin ini terdapat di pasaran dengan nama dagang Stromectol®, Mectizan®, Ivexterm®, avermectin® (Anonim 2, 2009).

Kalau boleh tahu, dimana saya bisa mendapatkan obat-obat yang disebutkan di atas.... saya sudah mencarinya di berbagai apotik yg mengaku terlengkap namun tidak pernah tersedia obatnya.

Terima kasih atas bantuannya, semoga Allah membalas kebaikan Anda.

Salam,
Farid Primadi (primadi@gmail.com)

Anonim mengatakan...

Saya juga sedang mencari obat tsb.... mohon infonya. Thanks!

Anonim mengatakan...

Stromectol bisa didapatkan dimana yah??? Kalau di website luar ada yang jual, tapi saya ragu bayar via online. Thanks

Guli Mudiarcana mengatakan...

obat itu adanya di Vet Shop, karena kebanyakan digunakan oleh pencinta hewan. Tetapi yg tersedia dosisnya kecil, sesuai dengan BB hewan. jadi kalau mau digunakan untuk manusia dosisnya disesuaikan dg BB manusia

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template