Minggu, 17 Juli 2011

la Bible, le Coran et la Science

Pada pertengahan tahun 1975 terjadi kesepakatan antara Mesir dengan Perancis untuk meneliti, mempelajari dan menganalisa misteri dibalik kematian Firaun yang mayatnya telah diawetkan dan dikenal dengan sebutan mummi. Penelitian dilakukan oleh para ilmuwan medis/ahli otopsi/bedah dsb terkemuka Perancis dan dengan peralatan medis modern dibawah pimpinan ahli bedah dan sekaligus penanggung jawab utama yaitu Prof DR Maurice Buccaille. Dari Mesir mummi dibawa keruang khusus Pusat Purbakala Perancis. 

Buccaille adalah ahli bedah kenamaan Perancis dan memulai kariernya dibidang kedokteran pada tahun 1945 sebagai ahli gastroenterology. Itulah sebabnya ketika ada tawaran untuk meneliti dan menganalisis mummi Firaun dia kerahkan segenap kemampuannya untuk menguak tabir penyebab kematian raja Mesir purba tersebut.

Ketika telah selesai meneliti mummi Firaun maka Maurice Buccaille menyimpulkan bahwa sisa sisa garam yang melekat pada tubuh sang mummi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam dilaut. Jazadnya dikeluarkan dari laut kemudian dibalsem dijadikan mummi. 


Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya salah satu anggota peneliti berkata bahwa sesungguhnya kaum muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya Firaun dilaut. Berita itu bagaikan halilintar meledak ditelinganya. Bucaille menolak dengan keras berita tersebut dan menganggapnya mustahil. Pengungkapan mummi firaun karena tenggelam dilaut harus melalaui kajian yang dibantu dengan peralatan medis yang mutahir. Bagaimana kaum muslim mengetahui mummi tersebut awalnya tenggelam dilaut kemudian diselamatkan dari laut karena mummi tersebut baru ditemukan tahun 1898 sementara Al Qur’an diturunkan pada abad ketujuh. Apa masuk akal Muhammad mengetahui padahal kejadiannya ada ribuan tahun sebelum Muhammad lahir. 

Semalaman Bucaille tidak bisa tidur mendengar berita itu, kemudian dibacanya Kitab Perjanjian Lama, airpun kembali seperti semula menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk kedalam laut dibelakang mereka, tidak tertinggal satupun diantara mereka. Kitab Perjanjian Baru juga tidak membicarakan diselamatkannya jazad Firaun dan masih tetap utuh.

Setelah selesai penelitiannya kemudian perbaikan mummi dan dikembalikan ke Mesir,tidak ada yang membuat pikirannya menjadi tenang semenjak dia diberitahu bahwa kaum muslimin saling membicarakan tentang jazad Firaun yang tenggelam dilaut kemudian dikeluarkan dari laut. Akhirnya Bucaille menemui ilmuwan ilmuwan otopsi dari kaum muslimin. Dari sinilah mulai terjadi perbincangan perbincangan untuk pertama kalinya dengan ilmuwan medis dari kaum muslimin. Bucaille bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan firaun dan pengejarannya terhadap Musa sehingga Firaun tenggelam dan jazadnya diselamatkan dari laut. 

Maka berdirilah salah satu ilmuwan otopsi Muslim membacakan Al Qur’an kepada Bucaille. Surah Yunus ayat 92 :”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda tanda kekuasaan Kami”.

Ayat Al Qur’an itu sangat menyentuh hati Bucaille. Ayat Al Qur’an itu masuk akal dan mendorong sains untuk maju berkembang. Hatinya bergetar dan getaran hatinya mendorong membuatnya berdiri dihadapan orang orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang :”Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman kepada Al Qur’an”. 

Dia tinggalkan kepercayaan yang dia anut dari kecil. Sebagai penganut agama Katholik yang berkebangsaan Eropa maka sejak kecil sudah terpateri di benak Bucaille bahwa Islam adalah agama orang orang bodoh. Islam adalah agama orang orang yang tidak beradab. Tetapi sejak penelitian mummi Firaun dan mendengar Surah Yunus ayat 92 dia berubah seratus delapan puluh derajat. Bucaille kemudian menghabiskan waktunya meneliti tingkat kesesuaian hakekat hakekat dan penemuan penemuan modern dengan Al Qur’an. 

Hasil penelitiannya dia bukukan dengan judul ”la Bible, le Coran et la Science”. Bibel, Al Qur’an dan Sains Modern. Didalam bukunya ia menerangkan bahwa Al Qur’an sangat konsisten dengan IPTEK sedangkan Bible sebaliknya

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template